[Feature] Ustadzah Zulfah, Kisah Izzah Seorang Guru
USTADZAH ZULFAH, KISAH IZZAH SEORANG GURU
Oleh: Arastika Safitri
(Juara 1 Lomba Menulis Feature Bulan Bahasa dan Sastra 2021)
Nama lengkap beliau adalah Zulfah Azzahra, kerap dipanggil dengan sebutan Ustadzah Zulfah. Wanita kelahiran tahun 1995 tersebut adalah wanita keturunan suku Jawa walaupun kelahiran di Lampung. Bahasa yang digunakan keseharian di tanah kelahirannya pun memakai Bahasa Jawa, dan uniknya nama kampung beliau adalah Yogyakarta walau ada di Lampung.
Beliau mengenyam pendidikan setingkat Sekolah Dasar sampai setingkat Menengah Atas di Lampung. Baru kemudian orangtua mereka mengikhlaskan beliau untuk menimba ilmu di Kota Pelajar di Yogyakarta. Beliau menekuni kuliah di UGM (Universitas Gadjah Mada) di fakultas MIPA (Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam).
Di samping kesibukan beliau kuliah, beliau juga menimba ilmu di Pondok Pesantren Tahfizhul Qur’an SahabatQu yang bertempat di Jl. Deresan 3 Perumahan UNY Deresan, Santren, Depok, Sleman, tepatnya di sebelah utara masjid Nurul Ashri. Ustadzah Zulfah menyelesaikan hafalan Qur’annya di sana. Ya, beliau adalah seorang hafizhah. Menjadi pengemban Al-Qur’an adalah cita-cita Ustadzah Zulfah dan juga orangtua beliau.
Pada tahun 2018, beliau melamar sebagai guru di Kuttab Daarussalam, di sanalah kami mengenal beliau dengan sangat baik. Sosok sederhana, ramah, menyenangkan namun terpancar aura disegani bagi santri-santri atau bagi kami teman sejawatnya. Keilmuan beliau tentang agama begitu luas, kata-kata yang keluar dari lisannya adalah hikmah, sehingga membuat orang betah untuk duduk berlama-lama dengan beliau, atau bertukar pikiran dengannya.
Ustadzah Zulfah di mata para santri, merupakan sosok guru yang baik, penyayang, tegas, dan kadang ditakuti. Takut disini bukan karena beliau galak atau bagaimana, namun lebih kepada izzah yang terpancar dari beliau. Kemuliaan diri, keagungan, kehormatan dan kekuatan dari seorang guru. Hal tersebut yang membuat beliau menjadi orang yang disegani sekaligus disayangi oleh santri-santrinya.
Teringat kata-kata mutiara dari Yahya Bin Mu’adz yang mengatakan: “Sesuai kadar takutmu kepada Allah, begitulah wibawamu di hadapan manusia. Sesuai kadar cintamu kepada Allah, begitulah anda akan dicintai manusia. Sesuai sibuknya anda untuk Allah, begitulah manusia akan taat pada anda”. Mungkin itulah rahasia atau tips atau trik mengapa seseorang bisa begitu mengagumkan, berwibawa, disegani, dihormati dan dimuliakan.
Ustadzah Zulfah yang tinggal di mess milik Kuttab Daarussalaam, terpotret begitu mulia akhlaknya dalam ingatan teman-temannya. Banyak hal yang patut menjadi teladan dari Ustadzah Zulfah, salah satunya adalah waktu milik beliau yang setiap detiknya sangat dihargai. Kesibukannya dalam keseharian adalah bersama Al-Qur’an. dengan Di sepertiga malam, beliau selalu berkhalwat dengan Rabb-nya untuk menumpahkan semua isi hatinya dan di waktu setelah shubuh miliknya, sudah ada para penuntut ilmu yang siap untuk menimba ilmu ke beliau ataupun menyetorkan ziyadah atau muroja’ahnya lewat video call.
Begitulah keseharian Ustadzah Zulfah, tidak pagi, siang, sore, malam, selalu terlihat bersama Al-Qur’an. Jadi tidak salah jika terpancar suatu keagungan darinya di hadapan santri-santrinya ataupun kami sebagai sahabatnya.
Pernah ada kejadian yang membuat kami yang mendengar senyum-senyum sendiri dan juga terharu. Kejadian ini ketika Kuttab Darussalaam mengadakan acara Family Gathering dan Outond Santri yang diadakan di Agrowisata Amanah yang berlokasi di Karangpandan, Karanganyar pada bulan Desember 2019. Setiap asatidzah mendapatkan kelompok dengan beberapa santri yang menjadi tanggung jawabnya. Setiap kelompok akan mendapatkan satu kamar penginapan yang di dalamnya terdapat 3 tempat tidur. Ada percakapan unik dari santri-santri beliau yang terdengar ketika beliau sedang di kamar mandi. Terdengar para santri berbicara “kita tidur dimana? Ustadzah Zulfah dimana?”. Ada teman yang mengatur mereka tidur bersama dengan ustadzah, namun kak Ainun dari kelas Qonuni 1 atau setingkat kelas 3 Sekolah Dasar berseru “Jangan, Ustadzah Zulfah biar tidur di atas, satu tempat tidur untuk beliau, dan kita yang berbagi 2 tempat tidur, kita kan harus memuliakan guru.”
Maasyaa Allah. Kejadian yang membuat terharu dan bangga. Pendidikan adab yang beliau tanamkan kepada santri menjadi bekal yang akan melahirkan generasi-generasi unggul, generasi yang penuh izzah untuk kemuliaan peradaban islam. Perkataan dan perbuatan seorang ustadzah yang selalu terngiang, tertancap di benak para santri. Sampai-sampai, saking cintanya para santri terhadap beliau, sandal berwarna merah yang terparkir di kamar mandi atau rak sepatu mereka sudah tahu, bahwa ada ustazah disana.
Ustadzah Zulfah mendapatkan kepercayaan untuk mengampu kelas iman dan kelas Qur’an serta diamanahi menjadi koordinator Qur’an di Kuttab Daarussalaam. Ustadzah Zulfah juga menjadi pengajar Metode karimah bagi para asatidzah dan menjadi tim penguji pada Metode Karimah dan ujian santri satu juz sekali duduk. Maka tidak salah jika beliau begitu dikenal di Kuttab Daarussalaam, karena memang kedudukan beliau disini begitu penting.
Garis takdir dari Allah memang sudah tertulis di lauhul mahfudz. Kebersamaan bersama Ustadzah Zulfah selama dua tahun lebih selama ini, harus berakhir dengan perpisahan. Beliau yang sudah merantau selama kurang lebih delapan tahun di Yogyakarta, diharuskan pulangke kampung halamannya. Mengemban amanah dari ayahanda dan ibundanya untuk mengampu Rumah Tahfidz di Lampung.
Sabtu, 14 Agustus 2021 adalah hari terakhir kami belajar bersama Ustadzah Zulfah. Beliau menyampaikan kalimat-kalimat yang membuat hati kami tenang sekaligus bimbang. Beliau menyampaikan bahwa “Setiap pertemuan yang Allah takdirkan pasti ada hikmah yang bisa kita ambil dari orang tersebut. Dan jika sudah saatnya berpisah, berarti sudah cukup hikmah yang bisa kita ambil dari orang tersebut. Besok ketika di akhirat. Jika kalian tidak mendapati saya di surga, maka tolong sampaikan ke Allah, bahwa kita pernah bersama di majelis ilmu ini untuk saling mengingatkan. Doakan supaya kita bisa berkumpul di surgaNya” Beliau mengatakan hal tersebut dengan suara serak dan bergetar menahan tangis.
Begitu mendalam kata-kata yang beliau sampaikan, sehingga banyak membekas pesan-pesan beliau di benak kami. Seperti kurang lama kebersamaan kami. Masih banyak ilmu yang ingin kami timba dari beliau.
Siang hari itu kami bercengkrama untuk yang terakhir kalinya. Menyampaikan pesan dari masing-masing isi hati dan untaian-untaian do’a. Tidak mampu menatap mata beliau, karena beliau menyampaikan “jangan ada air mata ya, saya tidak mau perpisahan yang sedih, saya maunya perpisahan yang bahagia. Jika diminta memilih, sebenarnya hati ini masih setengah-setengah. Masih ingin belajar bersama kalian, namun mau bagaimana lagi, ada amanah yang harus saya tunaikan” Kata beliau sambil tersenyum ceria namun bersuara bergetar. Namun tidak ada perpisahan yang bahagia, leher kami tercekat ketika menyampaikan pesan dan untaian do’a, air mata mulai pecah dalam pelukan hangat sahabat kami.
Orangtua dan santri pun tidak luput dari rasa kehilangan sosok Ustadzah Zulfah, banyak yang mendatangi beliau di kediaman mess Shin Parfum yang bertempat di Jl. Pleret sekedar untuk memberi kenangan dan meminta nasihat. Sampai pada pagi hari terakhir beliau di Jogja kali itu, banyak santri berwajah sendu, karena siang itu adalah terakhir kali mereka bertatap muka dengan Ustadzah Zulfah. Bahkan sampai ada santri yang mengejar beliau ke tempat pemberhentian bus hanya untuk menyampaikan kata selamat tinggal, namun qodarullah sudah sudah berjalan meninggalkan kota Yogyakarta menuju Lampung.
Begitulah sosok Ustadzah Zulfah. Sosok asatidzah yang dicintai para sahabatnya, sosok yang menjadi teman, sahabat dan guru bagi kami semua. Kami anggap ini bukanlah perpisahan. Namun, beliau sudah cukup tugasnya membimbing kami dan berpindah ladang untuk bercocok tanam yang berbuah pahala jariyah. Beliau adalah orang baik yang dekat dengan Al-Qur’an, insyaa Allah dimanapun berada, beliau akan selalu menemukan orang yang baik pula. Semoga Allah merahmati beliau, semoga Allah kumpulkan lagi bersama orang-orang yang kami cintai serta junjungan kami, Nabi Besar kami, Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم.