[Feature] Ibu dan Ilmu

982 viewsFeature
0

Ibu dan Ilmu
Oleh : Wahyu Lupitasari

(Juara 2 Lomba Menulis Feature Bulan Bahasa 2021)

[ Jum’at, 8 Oktober 2021 ]
Jum’at pekan ini, telah terlaksana acara Parenting Pengasuhan Halimah As Sa’diyah. Parenting dilakukan di Aula Kuttab Daarussalaam lantai dua. Acara berlangsung selama satu jam. Dimulai pukul 10.00 WIB dan diakhiri pukul 11.00 WIB. Acara dibuka oleh Kepala Pengasuhan Halimah As Sa’diyah yaitu Ibu Nia Kurniasari, S.Pd., M.Pd. Selaku kepala pengasuhan Halimah As Sa’diyah, beliau merasa terhormat karena walisantri dari TKQ dan Kids Corner dapat menghadiri acara tersebut, meski hanya bunda yang hadir secara langsung sedangkan para ayah hadir melalui zoom.

Pembahasan parenting kali ini mengenai pentingnya ilmu yang dimiliki orang tua untuk proses mendidik anak. Orangtua, khususnya ibu, berpredikat sebagai “madrasah pertama” bagi anak. Tentang yang tak terkatakan, namun terajarkan. Anak akan memotret apa yang ia lihat meski tidak diajarkan oleh orang-orang di sekitarnya. Isi kepala anak tergantung dari apa yang ia dengar, ia saksikan, dan ia baca. Maka, pentingnya bekal ilmu untuk dimiliki seorang ibu untuk memfilter apa yang terekam oleh anak.

Sebagai pembuka, Ustadzah Rasyidah, S.Pd., SD., selaku Kepala Yayasan Zamzam Wan Nakhla menyampaikan, “Penting sekali ilmu dimiliki oleh kita sebagai ibu, karena ibu adalah ‘madrasah pertama’ bagi anak-anaknya. Ibu harus haus untuk menuntut ilmu. Pondasi menuntut ilmu adalah niat menuntut ilmu. Dengan menambah hafalan, dan mentadaburi arti dari ayat di Al Qur’an tentu dapat menambah bekal bagi mendidik anak. Kesabaran dalam menuntut ilmu menentukan keberkahan ilmu yang diperoleh”.
Menyambung perkataan tersebut, beliau juga menceritakan sebuah kisah. Pengalaman dari Ustadz Sanif Alisyahbana, Lc, Mudir Ma’had Salman Al Farisi Karanganyar. “Ketika menuntut ilmu di Yaman, untuk setoran hafalan diharuskan mengantri panjang. Tidak hanya puluhan namun sampai ratusan santri hanya demi setoran hafalan yang kadang hanya satu atau dua ayat saja yang diterima.” Tutur Ustadzah Rasyidah, S.Pd., SD.

Seperti yang sudah disampaikan Ustadzah Rasyidah, S.Pd., SD., selaku pemateri, bahwasanya kesabaran dalam menuntut ilmu menentukan keberkahan ilmu yang diperoleh. Pernyataan tersebut juga diperkuat dengan kisah dari pengalam Ustadz Sanif Alisyahbana, Lc.
Anak akan memotret kesabaran dari ibunya. Maka seorang ibu harus menjadi figur “penyabar” di depan anak-anaknya. Meski dalam praktek, tidak semudah teorinya. Sebab, mendidik anak adalah proses yang panjang. Proses yang memerlukan kesabaran yang panjang pula. Bak menanam benih rotan, proses dari mulai benih ditanam hingga muncul tunasnya, itu bukan proses yang sebentar. Membutuhkan waktu sekitar limatahun untuk memunculkan tunasnya. Meskipun setiap hari sudah dirawat, disiram, dan diberi pupuk.
Begitupula proses mendidik anak, apa yang ditanam saat ini, mungkin masih belum terlihat sama sekali hasilnya. Namun kelak, ketika anak-anak sudah dewasa, dan orangtua beranjak menua akan terlihat hasil dari apa yang orangtua tanam. Benih rotan yang tak kunjung muncul tunasnya selama lima tahun itu, sebenarnya sedang menguatkan akar, agar pondasi menjadi lebih kokoh. Pada masanya, mereka akan tumbuh dengan pesat. Maka perlunya ilmu sabar dalam mendidik anak.

Ibu dan ilmu tidak akan pernah jauh kaitannya. Perlunya “berisi” sebelum “mengisi”. Bagaimana bisa berharap anak menghafal 30 Juz, sedang orangtuanya (terutama ibunya) Juz 30 pun belum hafal ?
Baiknya, orangtua terlebih ibu yang lebih banyak waktu untuk mendampingi anak, bisa meluangkan waktu untuk lebih banyak menghafal Al Qur’an, serta mentadaburi artinya. Sebab,
Al Qur’an adalah sumber ilmu terbaik bagi seluruh permasalahan yang ada. Termasuk mendidik anak. Dengan begitu, ibu akan lebih menguasai ilmunya. Meski prosesnya tidak akan semudah seperti anak-anak saat belajar, dan hasilnya tidak bisa menyamai hasil proses belajar anak-anak, tapi setidaknya ada usaha.

Menjelang akhir acara parenting pengasuhan Halimah As Sa’diyah, Ustadzah Rasyidah, S.Pd., SD., memberikan sebuah motivasi “Menjadi sosok yang diidolakan anak adalah sebuah prestasi yang perlu dicapai seorang ibu. Menjadi orang pertama yang selalu disebut ketika anak ditanya siapa orang yang paling dicintainya, menjadi teman terbaik bagi anak dalam segala hal, serta menjadi tempat yang paling dirindukan ketika anak pergi keluar rumah. Menjadi semampunya bukan berarti alakadarnya !”
Beliau, Ustadzah Rasyidah, S.Pd., SD., menceritakan sebuah kisah tentang putri pertamanya, Qatrin Izzah Fitri atau akrab dipanggil Mbak Atin. Saat Mbak Atin masih duduk di bangku sekolah dasar, umminya atau Ustadzah Rasyidah, S.Pd., SD., selalu menyambut kepulangan Mbak Atin di depan rumah. Jadi ketika Mbak Atin sampai, Ustadzah Rasyidah, S.Pd., SD., sudah siap di depan pintu menyambut kedatangan Mbak Atin dengan ekspresi bahagia dan antusias untuk mendengar kisah Mbak Atin hari ini. “Assalamualaikum, gimana lok (Elok adalah sapaan atau nama kecil dari Mbak Atin) sekolahnya hari ini?”. Mendengar sambutan yang antusias dari Umminya tersebut, tentu membuat

Mbak Atin juga antusias menceritakan kegiatannya seharian ini.
Dari penuturan Ustadzah Rasyidah, S.Pd., SD., tersebut dapat disimpulkan bahwa menjadi sosok ibu yang diidolakan anak itu penting sekali. Ketika anak sudah mengidolakan ibunya, maka akan lebih mudah menanamkan nilai-nilai positif pada anak.
Terkahir, sebagai penutup, Ibu Nia Kurniasari, S.Pd., M.Pd., selaku pembawa acara sekaligus Kepala Pengasuhan Halimah As Sa’diyah merangkum isi materi hari ini dan mereview tugas yang tadi telah disampaikan oleh Ustdazah Rasyidah, S.Pd., SD. Tugasnya adalah :
1. Ibu wajib menambah hafalan dan mentadaburi artinya
2. Ibu wajib melatih diri untuk bisa berkisah di depan anak
“Dengan pola asuh yang terbaik, maka akan menghasilkan anak yang terdidik” Pungkas Ibu Nia Kurniasari, S.Pd., M.Pd.

IT Yayasan Zam-zam Wan Nakhla Changed status to publish Januari 30, 2022

PENDAFTARAN SANTRI BARU
Kuttab Daarussalaam
SUDAH DIBUKA

PENDAFTARAN SANTRI BARU
Kuttab Daarussalaam
SUDAH DIBUKA

Mari bergabung bersama 100 santri yang sedang belajar dan berkembang di Kuttab Daarussalaam